Selasa, 1 Februari 2011, 16:14 WIB
Renne R.A Kawilarang, Denny Armandhanu BERITA TERKAIT
Salah satu pasangan di Kairo, Rafik dan Leila Baladi, seperti dilansir kantor berita Associated Press, Senin, 31 Januari 2011, terlihat tengah membeli botol-botol air minum dan makanan-makanan pokok lainnya.
“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Orang-orang ketakutan setengah mati,” ujar Leila sambil mendorong keranjang belanja berisikan dada ayam beku, kacang-kacang, susu dan bahan-bahan makanan lainnya.
Di semua pusat perbelanjaan di Kairo, warga mulai membeli semua kebutuhan mereka. Beberapa toko di Zamalek, Mohandiseen dan Dokki kehabisan bahan makanan, terutama roti dan air botolan. Di beberapa toko, penjualan mencapai tiga kali lipat dibanding hari biasa.
Bank yang tutup dan banyak ATM dengan mesin kosong, membuat banyak warga tidak dapat membeli bahan makanan yang mereka perlukan.
“Kami tidak bisa mendapatkan uang dan kami hanya punya kurang dari 1.000 pound (Rp 1,5 juta) uang tunai saat ini. Jadi kami beli yang ada sekarang dan berusaha bertahan semampunya,” ujar Rafik Baladi.
Layanan internet dan SMS diblokir selama beberapa hari ini. Ditambah lagi, polisi sempat ditarik di jalanan membuat situasi semakin kacau. Ribuan tahanan yang kabur dari empat penjara di Kairo diduga berkeliaran di jalan-jalan ibukota membuat warga ketakutan.
“Tidak ada uang di ATM, terdapat sekitar 5.000 tahanan yang berkeliaran di jalan dan tidak ada pengamanan,” ujar May Sadek yang tinggal di wilayah Dokki, Kairo.
Polisi pada Senin mulai diturunkan kembali ke sudut-sudut kota Kairo. Selama ketiadaan polisi, warga membentuk tim pengamanan khusus yang bertugas melindungi lingkungan mereka dari penjarah dan perampok. Tim ini bersenjatakan tongkat, senjata api, pedang dan pisau dapur.
“Kami tidak bisa tidur. Suamiku dan adikku berjaga dengan menggunakan tongkat untuk mengusir penjahat. Anakku baru bisa tidur ketika subuh. Mereka ketakutan mendengar suara tembakan,” ujar ibu rumah tangga di wilayah Maadi, selatan Mesir, Naglaa Mahmoud.
Sekolah-sekolah di Kairo diliburkan dan pusat-pusat bisnis terpaksa tutup. Lalu lintas Kairo yang biasanya padat kini terlihat lengang. Jam malam yang semula dari jam 4 sore hingga 8 pagi, dimajukan oleh militer menjadi jam 3 sore sampai 8 pagi.
“Ini adalah pertama kalinya kami menghadapi situasi seperti ini. Pertanyaannya bukan sampai kapan kami bisa bertahan, namun sampai kapan mereka (pemerintahan Mubarak) dapat bertahan,” uajr seorang warga Yassin Gadelhak. (umi)
• VIVAnews